Oasis SMK’ Harapan ditengah Kompetisi Global?

Perjalanan smk telah mengalami perubahan yang cukup signifikan antara masa pasca krisis ekonomi yang melanda bangsa indonesia degan sebelumnya. Yang mana setelah krisis ekonomi yang memporakporandakan struktur ekonomi kita serta perubahan politik dan budaya yang cukup akut sampai memasuki masa reformasi yang masih belum menentu ini, atau tepatnya setelah dunia memasuki new millennium, perubahan yang cukup signifikan baik meningkatnya jumlah smk dan animo peserta didik untuk masuk smk. Dengan adanya otonomi pendidikan dan semakin sadarnya pemerintah akan rendahnya tenaga-tenaga trampil yang dibidang teknik , maka pemerintah menggalakan berdirinya sekolah-sekolah kejuruan. Dengan harapan tentunya ini akan menciptakan tenaga-tenaga profesi dengan jumlah besar untuk bisa mengisi kebutuhan dunia kerja atau mendirikan lapangan kerja sendiri.
Sebagai mana yang penah dikatakan oleh Prof Dr. Parangtopo, Guru besar Fisika Universitas Indonesia bahwa Indonesia adalah importir peralatan atau instrumentasi sehingga tenaga teknisi instrumentasi terutama yang berpendidikan ST dan STM sangat banyak dibutuhkan. Namun pada kenyataanya kebijakan pemerintah berbeda. Yaitu dengan menerapkan konsep pendidikan yang keliru, menurutnya, yaitu dengan ditutupnya semua ST diganti SMP pada awal 80-an.  Seperti kita ketahui di tiap kabupaten rata-rata hanya ada satu STM negeri atau bahkan hanya ada satu SMKK di satu wilayah karisidenan.
Dulu sekolah kejuruan lebih kalah popular jika dibandingkan dengan sekolah umum (SMA), namun sekarang ini pandangan masyarakat telah berubah. Setelah merasakan kenyataan pada masa krisis ekonomi yang berkepanjangan yang tentunya menyisakan banyak penganguran dan sulitnya lowongan pekerjaan. Selain ketatnya ‘recruitment’ persaingan masuk industri (menjadi karyawan) mereka harus rela menjadi karyawan kontrak yang setiap saat siap di-PHK tanpa pesangon apalagi sekarang dengan sistem outsourcing yang sangat merugikan karyawan. Dari pengalam itu tentunya mereka mencoba mencari solusi alternatif untuk mempersiapkan “masa depan” anak-anaknya melalui sekolah menengah kejuruan.
Hal ini merupakan suatu tantangan sendiri bagi sekolah kejuruan, baik guru dan siswa, yang mana mereka ditantang untuk bisa menciptakan ‘output’ lulusan yang berkompetensi dan siap berkompetisi dalam dunia kerja. Sebagaimana tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya. Untuk itu dalam penyusunan kurikulum pun harus memuat kecakapan hidup untuk membekali peserta didik memasuki dunia kerja sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik dan kebutuhan dunia kerja, khususnya bagi mereka yang tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
Tantangan-tantangan itu merupakan hal yang harus diseriusi oleh sekolah-sekolah kejuruan. Antara lain bagaimana ia mempersiapkan peserta didik dengan bekal kecakapan-kecakapan profesi sesuai dengan kejuruan masing-masing. Tentunya mereka siap besaing dalam bursa kerja yang sangat kompetitif. Untuk mempersiapkan mereka dalam persaingan dunia kerja itu, sebagaimana yang siswa harapkan untuk bisa kerja setelah lulus, tentunya setiap sekolah mempunyai konsep-konsep strategi masing-masing. Berarti sekolah yang tidak dan lamban dalam inovasinya ia cepat atau lambat pasti akan tertinggal dan ditinggalkan.
Tentunya tidak semua lulusan akan terserap ke dunia industri. Dan jika tujuannya hanya untuk menjadi tenaga buruh pada perusahaan, maka ini sangat ironi sekali. Karena yang perlu dan harus ditekankan yaitu pada mental kewirausahawan (entrepreneurship) pada semua siswa. Sehingga mereka mempunyai militansi untuk hidup mandiri d

an mampu menciptakan pekerjaan sendiri. Tentunya ini yang cepat membawa kebangkitan bangsa kedepan.
Pembentukan karakter kewirausahawan ‘entreprene

urship’ adalah hal mutlak yang wajib dimiliki oleh siswa. Sebagai suatu sikap positip yang berorientasi kedepan, selalu mencari peluang dan etos kerja tinggi untuk bisa mandiri menciptakan kemapananan dan kemandirian ekonomi. Hal ini sangat penting, maka seorang lulusan sekolah kejuruan harus ‘bekerja’ atau setidaknya tidak menambah deretan angka penga

nguran. Dengan bekal yang mereka miliki, mereka akan mampu, karena mereka adalah anak didik yang dipersiapkan untuk itu. Mereka harus mampu untuk bisa berdikari dengan bekal skill dan entrepreneur-nya. Jadi boleh dikatakan lulusan smk tidak boleh menjadi pengangguran.
Semangat yang luar biasa untuk maju dan bahwa kita pasti akan berhasil, karena kesuksesan adalah hak kita maka r

aihlah kesuksesan itu dengan memulai dari apa yang kita sedang kerjakan saat ini, bukanlah slogan saja. Masing-masing harus siap memulai sek

arang juga. Bagi yang malas masuk sekolah harus mulai rajin ma

suk, bagi yang ketingalan pelajaran harus semakin giat untuk mengejarnya dan bagi yang belum semangat harus cepat bangkit dan siap untuk mengejar pesaing-pesaing kita yang telah maju didepan. Kita harus mempersiapkan str

ategi-strategi kusus bagaimana untuk mengejar ketertinggalan ini. Dengan menambah atau meng-upgrade pengetahuan kita, jangan pernah merasa sudah cukup bisa. Teruslah mencari hal-hal baru, cara-cara baru dan semangat baru yang akan membawa kita lebih maju dan mampu menyamai bahkan melampauhi para pesaing-pesaing kita.
Hal tersebut diatas sangatlah mendasar sekali, sebagaimana kita ketahui bahwa tingkat pengangguran di Indonesia adalah

sekitar 20-40%. Apakah kita akan menambah tinggi deretan angkanya atau tidak. Apakah kita ingin berhasil dalam persaingan yang kompetitif ini atau justru kita akan menjadi pecundang atau looser ini tergantung pada kita, dan pada apa yang telah dan sedang kita lakukan bukan pada apa yang sedang kita rencanakan. Boleh kita mimpi menjadi apapun tapi kita harus tidak bermimpi untuk kapan memulainya. Jadi silahkan kerjakan yang bisa anda kerjakan sekarang – just do it now! Apakah kita memilih berkeringat dan bersusah payah dalam belajar sekarang atau kita akan berkeringat

dan susah besok saat ujian nasional kelak. Kita pilih sibuk mengasah skill sekarang atau pilih sibuk mencari lowongan kerja nantinya. Berdarah saat latihan lebih baik daripada berdarah saat perang.
Apakah SMK sebagai harapan ‘oasis ditengah kehausan ekonomi’ akan hanya menjadi fatamorgana yang terus lari jika dikejar. Itulah yang bisa menjadi kata akir dari sharing tulisan ini. Semua terserah pada bagaimana sikap kita terhadapnya. Bagaimana kita memaham

i dan melihat kenyataan di dunia kerja yang semakin dan terus kompetitif dan belum lagi kalau globalisasi dan AFTA berlaku beberapa tahun mendatang, siapkah kita bersaing dengan tenaga-tenaga asing yang masuk ‘merebut kue’ kesempatan kita?. *Penulis adalah staf pengajar smk n 1 sedan

Welcome to WordPress.com. This is your first post. Edit or delete it and start blogging!